Archive | November 3, 2015

First Love Story

Title: First Love Story
Author: Kim Hwayeon (OC)

Cast:
Kim Hwayeon | Cho Kyuhyun

Other:
find by yourself

Genre: Romance.
Rating: G
Length: oneshoot

Note:

Holla, ketemu lagi sama author. Maaf ya lama banget ga muncul. Lagi ga mood, tugas juga numpuk. Ini aja author bikin ngebut deh, kasian sama kalian yang menunggu terlalu lama *PD* hehe. Nanti I’m in Lovenya bakal author update lagi chapter selanjutnya. Tapi sabar ya. Author sibuk nih, banyak tugas sama ulangan, mana lagi galau berat juga. huhuhu sedih. Okedeh, malah jadi curcol wkwk. Langsung dicek aja. Maaf kalo pendek, dan kurang memuaskan. Author bikinnya sambil teler nih. ngantuk hihi. Awas typo bertebaran. oke.

Happy reading, jangan lupa kasih jejak dongse~

pay pay

-o0o-

Apakah sebenarnya cinta itu? Aku rasa aku mencintaimu, tapi entahlah. Aku sendiripun bingung mendeskripsikan perasaanku sendiri.
Aku merasa begitu terpesona akan dirimu, kau sudah seperti candu bagiku. Sehari tanpa melihatmu membuatku gila. Tidak bersamamu membuatku sakit, tapi melihatmu tidak bahagia bersamaku membuatku hancur. Apa perasaan seperti itu bisa didefinisikan sebagai cinta? Kalau iya, bolehkah aku menyimpan perasaan cinta itu untuk diriku sendiri?

Bolehkah? Bolehkah aku bersikap egois seperti itu? Bolehkah aku memiliki hatimu? Aku tau aku tidak bisa memiliki ragamu, tapi bisakah kalau hatimu menjadi milikku saja?

Apakah aku salah? Apa perasaanku ini salah? Apa aku tidak berhak memiliki perasaan ini? Kenapa takdir begitu kejam? Kenapa harus kita yang menjalani takdir seperti ini?Aku mencintaimu, Kau pun mencintaiku. Tetapi kenyataannya, takdir berkata lain.Kita tetap tidak bisa bersama.
Aku sudah berusaha, sungguh. Aku sudah mencoba, aku sudah berjuang. Tapi tetap, aku tidak bisa mencurangi takdir.Pada akhirnya kau akan tetap pergi, meninggalkanku disini sendirian dengan serpihan serpihan hatiku yang patah, dengan beribu ribu kenangan dan jutaan mimpi kita yang terpendam.

Aku merasa begitu lemah. Aku merasa begitu tak berdaya. Ingin rasanya aku mencegahmu melangkah pergi dari genggamanku. Tapi apa daya? Apa yang bisa kulakukan? Melarangmu pergi? Tidak! Tentu saja tidak! Aku tidak akan melarangmu untuk pergi. Aku akan membiarkanmu pergi.
Walaupun aku tidak rela, walaupun aku sakit, walaupun aku hancur. Aku tetap tidak akan melarangmu untuk pergi. Karena aku mencintaimu, aku menghargai keputusanmu. Jadi pergilah, aku berjanji akan berusaha melepasmu.
Tapi satu hal… aku mohon dengan sangat. Biarkan aku memilikimu, sebentar saja. Aku janji hanya sebentar. Setelah itu, aku tidak akan menuntut apapun darimu… aku berjanji

.

“Aku dijodohkan” dua kata itu otomatis membuat seluruh kinerja tubuhku berhenti seketika.

“M-maksudmu?”
“Aku dijodohkan, aku akan segera menikah…” aku diam dan menatap kedalam matanya, mata yang biasanya selalu menyorotkan kehangatan kini telah lenyap digantikan dengan mata yang penuh sorotan ketidakberdayaan.

“T-tapi kenapa?” aku menundukkan kepalaku, tak sanggup lagi menatap matanya. “Kenapa tiba-tiba? Kenapa sekarang? Kau membhongiku kan?” tanyaku penuh harap. Aku membuka mataku dengan segera, kembali menatap matanya. Mata yang biasanya selalu meneduhkan hatiku. Aku berharap ia segera mengatkn kalau ia hanya bercanda, karena lelucon ini benar-benar tidak lucu.

Aku menggigit bibirku, menelan segumpal kekecewaan saat aku melihat matanya. Mata yang selalu kukagumi, mata yang selalu membuatku… jatuh cinta, kini tidak lagi memancarkan sinarnya. Aku menunduk, hatiku sakit… tentu saja. Ingin rasanya aku berteriak tept didepan wajahnya, supaya ia mau mengakui kalau ia memang sedang berbohong. Atau mungkin saja ini kejailannya, seperti kamera tersembunyi mungkin? Tapi tidak. Aku tidak bisa melakukannya. Kenapa? Karena matanya mengatakan semuanya. Dia tengah berkata jujur, dan dia sama terlukanya dengan diriku sendiri. tentu saja.Aku sekarang bahkan tidak memiliki tenaga lebih hanya untuk mengangkat kepalaku dan menatapnya.

“Tapi kenapa?” Aku membawa kedua telapak tanganku untuk menutupi wajahku, menyamarkan air mata yang tiba-tiba saja menerobos keluar dari dalam pelupuk mataku. Menjebolkan pertahananku yang selama ini kupertahankan mati-matian. Aku tidak mau ada yang melihatku menangis, melihatku rapuh, terlebih lagi… orang yag ku cintai. “A-aku tidak mengerti. Ini semacam pernikahan bisnis. Aku juga tidak tau! Aaarrghh!!! Kumohon, mengertilah.. aku- aku juga bingung. Aku juga terluka…” Oke, kali ini aku benar-benar menangis. Pertahananku benar-benar runtuh.
Mendengar suaranya yang penuh akan sarat kesedihan membuatku semakin terluka. Aku menggigit bibirku kuat-kuat, menahan isakanku sekuat tenaga agar ia tidak bisa mendengarnya.
Aku menahan tanganku kuat-kuat saat tiba-tiba saja kedua pergelangan tanganku di genggam olehnya dan memaksaku memperlihatkan wajahku. Aku menatap sendu kearahnya sambil tetap mengigit bibirku saat ia berhasil menyingkirkan tanganku dari wajahku, memperlihatkan wajahku yang sudah pasti berantakan oleh air mata. “Sayang…” lirihnya pelan sambil memaku mataku.
Tubuhku bergetar hebat, aku terguncang. Jelas saja, aku tidak bisa. Oh Tuhan, kenapa harus seperti ini?

Aku kembali menunduk, akhirnya membiarkan isakan yang sudah kutahan sedari tadi terlepas begitu saja di hadapan orang yang kucintai, untuk yang pertama kalinya. “hiks… hiks.. hiks.. o-oppa.. oppa hiks hiks.. op-pa hiks hiks.”

Tangisanku bertambah keras saat tiba-tiba saja Kyuhyun oppa merengkuhku. Mendekapku dengan erat di dalam rengkuhnnya. Memberikanku kehangatan, kehangatan favoritku… yang sebentar lagi tidak akan pernah kurasakan lagi.. Memikirkan kalau sebentar lagi ia akan dimiliki oleh yeoja lain sungguh membuatku tertekan. Apa yang harus kulakukan? Hatiku sakit sekali. Sangat sakit. Sungguh.

Aku mengeratkan pelukanku ditubuhnya. Menenggelamkan kepalaku semakin dalam di dada bidangnya. Membiarkan diriku sendiri terlena di dalam kenyamanan ini. Entah sudah berapa lama aku menangis di dalam rengkuhannya, ia sama sekali tidak protes. Semua yang ia lakukan hanyalah mendekapku erat seolah olah akulah yang akan pergi meninggalkannya, mencium puncak kepalaku, dan mengelus elus rambutku sambil mengucapkan kata ‘mianhae’, ‘saranghae’, dan ‘uljima’.
Saat akhirnya aku sudah sedikit tenang, aku tetap diam di posisiku. Sama sekali tidak berniat untuk melepaskan diri dari kehangatan yang Kyuhyun oppa berikan. Aku sepenuhnya bertopang padanya, karena tubuhku rasanya sudah lemas sekali dan kepalaku sudah pusing. Aku benar-benar sudah terlalu banyak menangis.

“oppa…” panggilku pelan. “hmm?” jawabnya lembut. Aku menguatkan hatiku sebelum aku mengungkapkan pertanyaanku. Sepertinya aku harus bersiap menangis lagi, mataku bahkan sudah terasa perih lagi. “Berapa lama lagi?” setelah aku menanyakan hal itu, aku dengan segera kembali menenggelamkan wajahku di dada bidangnya. Sama sekali tidak siap dengan jawaban yang akan ia lontarkan.

Hening

Aku bisa merasakan tubuhnya menegang. “3 bulan”, jawabnya pelan. Aku memejamkan mataku, lagi lagi mataku terasa perih seperti ditusuk ribuan jarum. Tapi itu sama sekali tidak sebanding dengan sakitnya hatiku. Seperti di tikam oleh sebilah pisau ribuan kali. Hatiku, benar-benar terasa sangat sakit. Dadaku terasa sesak aku ingin menjerit. Tapi lagi lagi yang keluar dari mulutku hanyalah isak tangis.

Aku kembali hancur, kembali terluka, tapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk memperbaikinya. Tidak dengan luka yang satu ini. “Jangan menangis lagi, kumohon… kau sudah terlalu banyak menangis. Kumohon sayang… kumohon..”

Akhirnya aku meledak, bagaimana mungkin dia melarangku menangis di saat yang bisa kulakukan hanyalah menangis? “Hikss..hiks..hikss, kenapaa? Bagaimana b isa hal seperti ini terjadi?? Kenapa hiks kau baru memberitahuku? Hiks hiks kenapa?? KENAPA?!!!!” aku menjerit kalap. Aku memberontak di dalam dekapannya. Mencoba memukul dadanya dengan membabi buta, mencoba lari dari dekapannya.

Aku benar benar merasa hancur. Bagaimana bisa dia memberitahuku selambat ini. Bagaimana mungkin dia… bagaimana…

“mianhae, aku tidak sanggup memberitahumu lebih awal. Aku-“ aku memejamkan mataku, mencoba mengerti maksud semua ini. Tapi…

Tapi tetap saja, hatiku terasa sangatlah sakit. “mianhae.” Ujarnya lagi pada akhirnya. “Haaaaaaaaahhhh!!! Kenapa harus kita yang mengalami hal seperti ini?! Kenapa harus kita?! KENAPA?!!??” aku menggenggam erat kemejanya,kembali mencoba untuk menjauhkan diriku dari dirinya.

“Hentikan jebal” lirihnya pelan sambil berusaha untuk kembali mendekapku yang terus saja memberontak. “KUMOHON HENTIKAN! TIDAK HANYA KAU YANG MENDERITA! TIDAK HANYA KAU YANG TERLUKA! AKU JUGA SAKIT! AKU JUGA MENDERITA! AKU JUGA TERLUKA! Chagi jebal.. mengertilah… aku tau ini sulit tapi-“

“TIDAK!!! AKU TIDAK MAU!!! DIAM!!! JANGAN TERUSKAN!!! AAAAAAAAAAHHHH!!!!” aku berteriak keras, berusaha menutup kedua telingaku agar tidak bisa mendengar semua yang ia katakan. “chagi-“

“KUBILANG DIAM!!!” teriakku kalap. Aku tau dia juga terluka, aku tau dia juga menderita. Tapi aku tidak bisa, aku benar-benar tidak bisa. Ini terlalu tiba-tiba, terlalu berat, terlalu-”

Cup!

“Ennghhhh” aku meremas erat kemejanya. Kyuhyun oppa menciumku, tidak menciumku dengan lembut seperti yang biasa ia lakukan. Ia menciumku dengan kasar, penuh akan sarat kekecewaan. Aku tau dia melampiaskan semuanya dalam ciumannya ini.
Air mataku mengalir begitu saja di tengah semua ini, aku memejamkan mataku. Melingkarkan tanganku di lehernya, dan mulai membalas ciumannya. Aku semakin mengeratkan rengkuhan tanganku dilehernya saat aku mendengarnya mengerang frustasi akibat ulahku yang berani membalas ciumannya. “chagiiii” desahnya frustasi saat ia melepaskan ciumannya. Ak menatapnya, menatap matanya. “Jangan berani-beraninya kau melakukan hal itu pada namja lain selain aku.” Ujarnya gusar.

Aku tersenyum samar, si posesif kembali menampakkan diri rupanya. “Tentu saja oppa. Aku tidak akan melakukan itu pada namja lain” tentu bukan? Karena hanya dia satu-satunya orang yang ku cintai. Dialah cinta pertamaku, dan aku benar-benar berharap dia jugalah yang menjadi cinta terakhirku. Aku benar-benar mengharapkan sebuah keajaiban.
“Shit!” lirihnya frustasi. “Bagaimana mungkin aku menjadi lelaki brengsek seperti ini? Aku akan menikah tidak lama lagi, tapi aku bahkan tidak bisa merelakan kau bersama namja lain. Aku bisa gila jika melihatmu bersama dengan namja lain sayang. Aku benar-benar tidak bisa, aku-“

Cup

Aku tersenyum saat melihat matanya membulat sambil menatapku. “Tenanglah, hanya oppa. Aku berjanji.” Well, aku tidak mengatakan ini hanya untuk menenangkannya. Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku memiliki rencana, sebenarnya… ini rencana teregois yang pernah terpikirkan olehku. Tapi aku benar-benar tidak bisa berfikir hal lain. Mungkin suatu saat aku akan menyesal, atau mungkin saja tidak. Aku tidak tau. Tapi yang aku tau sekarang, aku yakin dengan pilihanku, dan aku tidak akan menyesal. Mungkin sekarang aku memang tidak tau bagaimana ini akan berlanjut, tapi aku yakin. Semuanya akan berakhir dengan baik, entah bagaimana hasil akhirnya.. aku akan menerimanya, walaupun aku tidak bisa. Aku harus bisa. Entah bagaimanapun caranya…

Aku tidak memungkiri kalau aku juga bahagia saat melihat binar-binar kebahagiaan dimatanya setelah aku mengucapkan janjiku tadi. “Aku benar mencintaimu, ya Tuhan. Aku tidak sanggup melepasmu.” Ucapnya lirih sambil lagi-lagi membawaku ke dalam rengkuhannya. “aku tau, aku juga mencintaimu.”

“Aku benar-benar ingin memiliku.. hanya untukku” aku menghela nafas. Aku juga menginginkan hal yang sama. Hal yang tidak mungkin bisa kudapatkan.. “Kalau gitu lakukanlah…” ucapku pelan. Aku mendongak, menatap wajahnya yang mengernyit bingung. “Lakukan? Lakukan apa maksudmu?”
Aku menghela nafas. Kenapa dia bodoh sekali? Masa aku harus jelaskan? Kan malu! Ish!
“Lakukan.. Kau bilang kau ingin memilikiku hanya untukmu bukan? Kalau begitu, lakukanlah.. “ aku menguatkan diriku sendiri saat melihat matanya melotot horror padaku. Sepertinya dia sudah mengerti maksudku. “You’re kidding me.” Ucapnya tak percaya. Aku tersenyum meyakinkan, “No. I’m serious”

Aku melihatnya mendesah frustasi, lalu mengacak” rambutnya kasar. “Dengar, walaupun aku menginginkan hal itu, bahkan sangat, aku tidak mau melakukannya. Aku tidak mau merusakmu! Aku bahkan akan menikah tidak lama lagi, demi Tuhan. Tidakkah kau berfikir kalau aku semakin tidak akan bisa melepaskanmu setelah kita melakukannya? Lalu bagaimana kalau kau hamil? Aku pasti akan bertanggung jawab, tapi bagaimana bisa aku bertanggung jawab kalau- ya Tuhan! Kau tau keadaannya! Kenapa kau malah mengajukan- aish!” aku sungguh tidak menyangka kalau reaksinya akan seperti ini.

Maksudku, dia selalu sangat mesum. Tapi kenapa begitu aku menawarkan diri dia malah seperti ini. Aku mengerti juga sih sebenarnya. Aku juga tidak tau ide gila ini berasal dari mana. Tapi aku juga ingin dia memilikiku, manandaiku sebagai miliknya. Waalaupun dia tidak bisa menjadi milikku, setidaknya dia memiliku.

Oh Tuhan, aku tidak tau kalau aku bisa mempunyai pikiran sekotor itu.

“Aku tau.. aku mengerti, tapi aku ingin kau memilikiku…”
Aku melihatnya menaikkan sebelah alisnya, “Yah, tapi kau sudah menjadi milikku tanpa kita harus melakukannya.” Huh, bagaimana mungkin dia mengatakan hal seperti itu jika dia sendiri terlihat tidak yakin dengan jawabannya sendiri. “Jadi kau tidak mau?” tanyaku datar.

“Tidak!” bah, sok tegas sekali. Kita lihat saja siapa yang kalah huh.
“Kau yakin?”

“Ya!”
“Serius?”

“Tentu saja.”
“Yasudah.”

“Mwo?”
“Aku bilang yasudah.”

“…”
“Kalau kau tidak mau, yasudah. Aku mau pergi saja, aku sudah ada janji dengan nickhun oppa. Dia bilang dia mau me-“

“APAAAA???!!!??” aku tersentak kaget saat mendengar teriakannya. Apa-apaan dia itu.
“Aku bilang.. aku sudah ada janji dengan nickhun oppa. Dia bilang mau mengajakku ma-“

“SIAPA YANG BILANG KAU BOLEH PERGI DENGAN NAMJA THAILAND ITU EOH? KAU SELINGKUH DENGANNYA?! YANG BENAR SAJA?!? APA BAGUSNYA NAMJA ITU!”

“Dia? Ehh.. dia tampan, tidak kalah tampan daarimu kok, dia juga tinggi, dia juga pandai bermain music, dia juga tidak kalah pintar dengamu, lalu-“

“YAK! KENAPA MALAH DI JAWAB PABBO?!” haduuh, kenapa dia berteriak terus sih? Aku kan tidak budek. Dasar namja bodoh.

“Loh? Oppa kan bertanya.” Jawabku bego

“ya tapi kan- aish! Tidak boleh! Kau harus disini bersamaku! Batalkan saja janjimu dengan namja Thailand itu!” cih, kecemburuannya itu benar-benar menggelikan hahaha. Padahal aku kan hanya bercanda, hihihi. Makan itu Cho Kyuhyun! Huh!

“shireo. Kau kan tidak mau tadi, aku sama nickhun oppa saja.” Ucapku memanasi. Ha, aku yakin dia akan mencak-mencak tidak karuan deh. Dasar bodoh, tidak mungkin aku akan kabur bersama namja lain sedangkan ada kau disini. Orang yang kucintai, yang bahkan hanya bisa kumiliki dalam kurun waktu yang sangat singkat. Hah…

Grep!

Brukk!!

“Awwhh.. appo..” ringisku pelan. Aku melotot pada Kyuhyun oppa, hendak memarahinya karena mendorongku tiba-tiba sampai punggungku membentur tembok. Oke, aku telan lagi semua kalimat celaan yang baru saja ingin ku lontarkan saat aku melihat sorot matanya yang begitu tajam. O-ow, dia benr-benar marah karena cemburu sepertinya.

Matilah kau, Kim Hwayeon.

“Kau benar-benar minta di makan rupanya eoh?”

Glekk

Mwoya, kenapa dia serius sekali? Lagipula, siapa juga yang minta di makan? Cih, menyebalkan sekali. Dia pikir aku ini makanan apa? Dasar bodoh.
“Baiklah, kau sendiri yang meminta. Hmm, kau sudah membangunkan serigala tertidur. Siap-siapa di tikam eoh?” ujarnya sambil menyeringai. Oh-oh, jangan seringaian yang satu itu. “aku akan mulai, dan aku akan sulit berhenti, tidak akan berhenti sebelum aku mencapai kepuasanku lebih tepatnya. Jadi… mau kabur? Aku beri kebebasan jika kau mau menarik kata-kata lancangmu tad-“

Cup

Aku menciumnya kilat, lalu beralih memeluknya. Aku merasakan ia membalas pelukanku, melingkarkan lengan kekarnya di sekeliling tubuhku. “Kuanggap itu sebagai ya.” Bisiknya di telingaku. Aku mengalungkan tanganku di sekeliling lehernya saat ia menggendongku bridal style menuju kamarnya. Kami bahkan tidak memperdulikan panggilan Heechul ahjumma saat kami dalam perjalanan ke kamar tadi karena sibuk bercumbu.

Sreeett

Bruukk

“aahh, emmhhh.” Aku kembali mengalungkan tanganku di lehernya sesudah ia melemparkanku ke kasur dan menindihku, lalu kembali menciumku. Aku benar-benar harus belajar mengimbangi cumbuannya karena, demi Tuhan. Dia benar-benar pecumbu ulung!

Aku menatapnya lekat saat ia mengambil sebungkus kondom dari laci nakas d samping kiriku. “Jangan pakai kondom. Aku mau kau keluarkan di dalam oppa.” Ucapku cepat, mencegahnya memakaikan benda karet itu di miliknya yang sudah berdiri entah sejak kapan. Dan omong-omong.. kapan dia menelanjangi diriku dan dirinya sendiri? Aku tidak ingat.

“Mwo? Bagaimana kalau kau hamil? Kau tau sendiri aku-“

“Tenanglah. Aku sudah minum pil jika itu yang kau takutkan.” Maafkan aku. Aku harus berbohong supaya rencanaku bisa sukses. Mianhae, jebal. Jangan membenciku setelah ini.. mianhae, saranghae.

Dia mengernyitkan keningnya, tampak ingin mendebatku. Lalu kemudian ia menghela nafas dan membuang kondom itu ke lantai, ”baiklah baiklah, terserahmu saja.” Ucapnya pasrah. Aku tersenyum dan merentangkan tanganku. “Peluk?” tanyaku manja. Kyuhyun ppa tersenyum lalu dengan cepat merangkak kearahku dan memelukku. “Saranghae baby”, “nado saranghae oppa..”

Dan terjadilah yang seharusnya terjadi~~~ *mian, author males nulis NC, NCnya kapan kapan aja ya, hehe*

-o0o-

Dan disinilah aku, Seattle.

Sudah 5 tahun sejak aku memutuskan untuk meninggalkan Seoul, dan memulai hidup baruku di sini, di Seattle.. bersama dengan keluargaku dan tentu saja, malaikatku. Putriku tercinta, Kim Han Na. Buah hatiku dengan seorang namja bodoh bernama Kyuhyun yang saat ini berada di Seoul dengan keluarganya sendiri.

Setelah kejadian terakhir, aku akhirnya bercinta dengan Kyuhyun oppa. Aku memutuskan untuk pergi dari Korea, bersama dengan cabang bayiku yang baru saja terbentuk. Sebenarnya, hari itu adalah tanggal suburku. Jadi aku langsung hamil walaupun kami hanya melakukannya sekali.
Aku pergi tanpa sepengetahuannya tentu saja. Awalnya pun aku pindah sendiri, tanpa sepengetahuan orang tuaku. Tapi entah bagaimana caranya, mereka mengetahui keberadaanku dan keadaanku pula.

Aku tau mereka kecewa dengan keputusanku. Tapi mereka tetap menghargai keputusanku. Aku benar-benar bersyukur karena appa dan eomma bisa menerima Hanna dengan baik, bahkan mereka lah yang paling menyayangi Hanna.

Mereka juga yang mebantuku menjawab pertanyaan Hanna seputar ayah kandungnya. Tidak mungkin aku mengatakan pada anakku itu kalau ayahnya sudah memiliki keluarga lain di Seoul sana bukan? Putriku yang malang, aku merasa sangat bersalah padanya. Aku begitu menyayangi putriku, buah hatiku dengan satu satunya orang yang ku cintai. Dia hadir karena keegoisanku, tapi aku sungguh tidak pernah menyesal. Kehadiran Hanna sungguh menjadi anugrah terbesar dalam hidupku. Aku sangat bahagia bisa memilikinya, malaikatku.

“Hwayeon-ah, cepatlah naik ke atas panggung. Sudah waktunya.” Aku tersentak saat mendengar suara Yonghwa oppa dari belakangku. Aku berbalik dan mengangguk padanya. “Arraseo, sebentar.” Aku kembali memutar badanku, menghadap pada buat hatiku yang saat ini sibuk memakan ice cream strawberrynya. “Chagi, eomma tinggal dulu sebentar ne? Nanti Yonghwa ahjussi akan menemanimu disini seperti biasa. Baik-baiklah eoh?” ujarku sembari mengelus lembut kepala malaikatku ini.
“Ne eomma, arraseo.”

“Anak pintar.” Aku bangkit berdiri lalu mengecup puncak kepalanya dengan lembut.

Di Seattle ini aku bekerja ke perusahaan appa, tapi setiap hari Sabtu aku selalu bekerja di café milik Yonghwa oppa. Aku hanya menyanyi beberapa lagu saja, dan kadang aku membantu bekerja juga jika pelanggan hari itu banyak. Café Yonghwa oppa ini khusus menjual makanan dan minuman khas korea yang hampir tidak bisa ditemukan di manapun di Seattle.

Aku memberikan tanda oke pada Yonghwa oppa, dan Yonghwa oppa pun bergegas menghampiri Hanna yang tampaknya masih asik memakan ice cream kesukaannya itu.
Aku naik ke atas panggung dan duduk di kursi yang ada d atas sana. Aku membenarkan posisi mike, dan memberi aba-aba pada para pemain music. Yah, aku mengenal mereka juga, karena mereka teman-teman Yonghwa oppa sekaligus pelayan di sini pula.

Lagu yang akan kunyanyikan sekarang ini adalah lagu kesukaanku akhir akhir ini. Aku tidak pernah absen membawakan lagu ini tiap saat aku bernyanyi.

Nothing has ever broken me like you did
No one I ever wanted more than you
Nobody else can make a woman so weak
Make her fall in love so deep Baby

No one has ever known me like you did
There’s just no other boy to see me through
And every single memory I know
Reminds me that I’m all alone, all alone

If I could just get over you I would
Don’t wanna love you anymore
And missing you is like fighting a war
It’s a battle I’m losing
And I’d give up boy if I could
If I could walk away as easily as you I Would

Thought I’ve seen enough to know it all
But not enough to know how it feels to fall
But the kind of pain you left me with
It never seems to heal
And it never lets me go

If I could just get over you I would
Don’t wanna love you anymore
And missing you is like fighting a war
It’s a battle I’m losing
And I’d give up boy if I could
If I could walk away as easily as you I Would

Aku melihatnya.. Aku melihat sosoknya, sosok yang begitu kucintai dan begitu ku rindukan. Tapi dia tidak sendiri. Dia bersama dengan nya, dengan istrinya. Aku tidak membenci istrinya, aku hanya… aku hanya tidak sanggup melihat mereka berdua, seperti sekarang.
Itulah alasan kenapa aku lebih memilih untuk melarikan diri. Tapi kenapa? Kenapa sekarang dia malah bisa sampai di sini? D tempat ini? Apa ini memang kebetulan? Atau dia memang kesini untuk menemuiku?
Ah, kurasa option terakhir sangatlah tidak mungkin. Mungkin mereka sedang berlibur dan menemukan tempat ini. Ya mungkin saja.
Tapi kenapa jantungku malah berdetk tidak karuan? Aku ingin sekali memeluknya. Aku merindukan sentuhannya…

Tell me how do I live with tainted love?
Tell me how can I feel no feelings?
Is there a way to leave it all behind?

If I could just get over you I would
Don’t wanna love you anymore
And missing you is like fighting a war
It’s a battle I’m losing
And I’d give up boy if I could
Just tell me how to walk away
Away from loving you And I Would

“Kim Hwayeon…”

“Cho Kyuhyun…”

“Appa!!!”

“Jung Yonghwa…”

“Seo Joohyun…”

FIN