Archive | May 7, 2015

It’s An Accident

Title: It’s An Accident
Author: Jung Yoonhee

Cast:
o Jung Yoonhee (OC)
o Lee Minwoo aka T.K (C-CLOWN)

Genre: hurt, romance
Length: Ficlet
Rating: PG-15

 

FF perdana C-CLOWN. Terinspirasi dari judul lagu yang sama dengan judul FF ini juga.
Mindstream sih, tapi author harap semoga rame.
Maaf kalo ada salah-salah kata. Author ga maksud buat ngebash ato nyindir pihak manapun.
Just Fun, okay?
Typo? Itu mata kalian yang salah bukannya author #gamaudisalahin.
Kesamaan cerita mungkin author ga sengaja ‘-‘)v
No plagiat.
No bash.
Jangan lupa comment
For Readers, Happy Reading ^^
.
.
.

Aku mencintaimu, hari ini sampai selama-lamanya. Bahkan sampai maut memisahkan kita berdua.
-Lee Minwoo & Jung Yoonhee

*Yoonhee POV*

Aku merasakan belaian itu dikepalaku. Lembut dan hangat. Perlahan bibirku mulai merasa hangat juga. Kecupan itu, aku tahu siapa ini.

“Apa oppa membangunkanmu? Mianhae, oppa tidak bermaksud.” Sesalnya sembari berlutut, mengetahui mataku yang awalnya terpejam kembali terjaga.

“Ani oppa. Gwaenchanha.” Aku mengucek mataku yang berat lalu tersenyum.

“Kenapa tidur di dapur? Nanti masuk angin.”

“Tadi aku haus. Sekalian menunggumu, aku jadi ketiduran disini sehabis minum. Kanapa lama?”

“Ada urusan kantor yang harus kuselesaikan. Kenapa kau khawatir?”

Aku mengangguk.

Dia tersenyum. Dielusnya punngungku lalu, hap.

Aku merasakan badanku terhuyung-huyung. Ini pertama kalinya Minwoo oppa menggedongku. Mukaku memerah dibuatnya. Kita tidak pernah seintim ini. Meskipun tinggal satu rumah, tapi dia adalah namja yang bisa menjaga diri, dan juga namja yang bisa menghargai aku. Aku sangat bahagia. Sangat sangat bahagia. Gomawo Minwoo oppa.

“Apa yang membuatmu tertwa sendiri seperti orang gila?” tanyanya penasaran.

Aku hanya menggeleng pelan menahan tawa. Benda bersinar di jari tengahku itu, memiliki arti yang sangat penting bagiku.

“Tidurlah, aku akan mandi dulu.” Dia membaringkan aku dikasur, tak lama mata beratku kembali terpejam.
Aku merasakan sinar masuk melalui celah-celah dijendelaku. Dan juga jemari-jemari yang bergerak lebut dipipiku.

“Membangunkanmu?” tanyanya.

“Ani.” ucapku singkat.

Seperti biasanya dia membawakan susu murni hangat untuk membuka hari baruku. Aku langsung duduk dan menyesap susu hangat itu.

“Wajahmu pucat oppa..” aku menyentuh pipinya.

“…dan dingin. Kau sakit?” tanyaku resah.

Dia hanya tersenyum.

Drtt drtt

“Ne, nugusaeyo?”

“Apa benar ini Nona Jung Yoonhee.”

Suara disana terdengar sangat tegas dan menakutkan.

“Iya, betul.” jawabku takut.

“Apa anda ada hubungannya dengan Lee Minwoo?’

“Itu tunangan saya. Memangnya ada apa? Ini siapa?”

“Ini dari pihak kepolisian. Maaf harus memberitahu ini kepada anda, tapi Tuan Minwoo mengalami kecelakaan tunggal. Dia menabrak pembatas jalan. Diduga, korban tidak berkonsentrasi karena sibuk memainkan HPnya yang ternyata untuk menghubungi anda. Saya sangat menyesal atas kejadian ini, tapi bis…”

Aku mengakhiri percakapan itu. Aku hanya bisa tertegun melihat sebuah pesan suara dari Minwoo oppa yang belum kubuka.

Klik

/“Yoonhee.. aku habis membeli beberapa peralatan makan dan juga sebotol, ani dua botol anggur untuk merayakan pesta pelepasan masa lajang kita. Hahaha.. Pokoknya kita harus minum ini besok malam, karena..
Cittt….bruk..
…sa..ra..rang..hae..Yoon..Yoonhee-ya…”
Tut tut tut/

Aku menjatuhkan HP itu. Perlahan air mataku turun dengan derasnya.

“Oppa..” panggilku. Minwoo yang duduk disampingku hanya tersenyum. Asing, senyuman itu sangat asing. Seakan menandakan sesuatu.

“Kau tidak menerima telponku karena ketiduran. Tapi aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja.” Dia mengangguk menenangkan.

“Oppa..” panggilku lebih keras.

Senyumannya semakin meyakinkanku. Tidak ada rasa sakit ataupun sedih tersirat diwajahnya.

“Yoonhee, jangan menangis karenaku.” pintanya sembari mengusap air mataku dengan tangannya yang dingin.

“Kau bilang kau mencintaiku! Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku! Kau bilang akan selalu melindungiku! Kau bilang akan selalu disampingku! Kita akan menikah besok oppa, teganya kau pergi terlebih dahulu! Apa kau tega, apa kau sanggup melihatku menangis?!”

Dia mendekapku dengan erat seakan tak mau lepas.

“Jangan menangis karena namja brengsek seperti ku ini. Masih banyak namja baik yang lebih pantas jika disandingkan denganmu.” dia membelai rambutku.

“Oppa..” aku kembali menangis histeris.

“Ketahuilah, Aku mencintaimu, hari ini sampai selama-lamanya. Bahkan sampai maut memisahkan kita berdua.” Dia melepaksan pelukan itu. Aku yang belum bisa melepaskannya menangis semakin histeris.

“Oppa..Oppa!!”

“Yak, Yoonhee. Gwaenchanha?” Minwoo mengoncang-goncang tubuhku.

Dihadapanku ada sebuah cermin, aku sedang dirias? Ini cuma mimpi?

“Bermimpi yang aneh-aneh?” tanya Minwoo menggantungkan kalimatnya.

Aku hanya bisa mengangguk dan merasakan keringat dingin masih keluar dari tubuhku.

“Itu berarti kau gugup sebelum menikah. Ayo.” Dia mengulurkan tangannya.

“Acara kita sudah dimulai.” Minwoo melingkarkan tanganku ke lengannya. Taman ini sudah berubah menjadi acara pernikahan Lee Minwoo dan Jung Yoonhee.

Kami berjalan kearah altar. Seorang pendeta sedang menanti kedatangan kami untuk mengucapkan janji suci.

“Tuhan yang baik telah menyatukan hati kedua insan kedalam bahtera rumah tangga. Ketahuilah, apa yang telah disatukan Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Minwoo Lee, apakah anda bersedia menerima Yoonhee Jung sebagai teman sekaligus pendamping hidup. Dalam suka maupun duka, dalam sakit ataupun sehat, sampai maut memisahkan kalian berdua?”

“Saya bersedia.” jawab Minwoo mantap.

“Yoonhee Jung, apakah anda bersedia menerima Minwoo Lee sebagai teman sekaligus pendamping hidup. Dalam suka maupun duka, dalam sakit ataupun sehat, sampai maut memisahkan kalian berdua?”

“Saya bersedia.” ucapku mantap juga.

“Turunlah berkat Tuhan diatas keluarga baru ini. Amin. Sekarang, kedua mempelai boleh saling berciuman.”
Kami berdua berhadapan. Minwoo sangat tampan hari ini dengan tuxedo putihnya. Sekilas, rona kebahagiaan terlihat dari sorot matanya. Begitu pula aku.

“Aku mencintaimu, hari ini sampai selama-lamanya. Bahkan sampai maut memisahkan kita berdua.” bisiknya sebelum menciumku.

“Sampai maut memisahkan kita berdua.” ulangku.

Cup

Kami berciuman dengan penuh cinta dan syukur. Setidaknya ini bisa membuatku melupakan mimpi aneh yang tadi. Sudahlah, jangan ungkit masalah mimpi yang itu lagi. Ini hanya rahasiaku, kau dan Tuhan. Arra?

—END—