Unpredictable #SpecialProjectforKen

Title: Unpredictable #SpecialProjectforKen

Author: Jung Yoonhee

Cast:
o Moon Soohee (OC)
o Lee Jaehwan aka Ken (VIXX)

Genre: romance, school life
Length: Oneshoot
Rating: PG-15

Ini FF special for Ken Birthday.
Happy Birthday Kenjhumma 😀
Typo? Itu mata kalian yang salah bukannya author #gamaudisalahin.
Kesamaan cerita mungkin author ga sengaja ‘-‘)v
No plagiat.
No bash.
Jangan lupa comment
.
.
.

*Soohee POV*

“Apa yang kau pikirkan? Aku ya?” tanyanya penuh rasa percaya diri.

Ditopangnya dagu itu dengan tangan tangannya. Muka penasarannya sungguh membuatku gemas.

“Iya. Aku sedang memikirkan apa kau sedang memikirkanku juga atau tidak.” ucapku dengan percaya diri juga.

Dia terkekeh. Diangkatnya tangan yang satunya untuk mengusap pipiku lembut.

“Aku menyukaimu.”

“Aku bosan mendengar semua omong kosong yang kau katakan selama 1 tahun belakangan ini.” ejekku yang berakibat pada poutnya bibir Jaehwan.

“Lalu aku harus apa?” tanyanya putus asa.

Aku tak banyak bicara. Hanya mengeluh dalam hati

“Sudahlah, lupakan. Aku akan mengantarkanmu pulang hari ini.” Dia menggengam tanganku untuk berdiri.

“Jinjja?”

“Memang kenapa?”

Aku mengangkat bahu. Biarpun kita sudah kenal selama 1 tahun, tapi aku belum pernah naik mobilnya. Dia terlalu sibuk dengan yeoja lain yang suka menumpang.

“Malam ini kau ikut dalam acara ulang tahun Erin, kan?” tanya Jaehwan yang tengah mengemudi.

Aku mengangguk. Erin adalah teman sekelas kami yang paling sering pesta. Aku pun hampir lupa, pesta apalagi yang akan dia adakan hari ini.

“Ada yang menggangu pikiranmu, Soohee?” dia menengok kearahku berkali-kali. Wajah cemasnya mengisyaratkan kalau aku tidak boleh terlihat gloomy didepannya.

“Ani, gwaenchanha. Kembalilah fokus mengemudi.”

Dia memasang senyumnya. Perkataanku tadi setidaknya membuat dia sedikit tenang.

“Kita sudah sampai.”

“Gomawo.”

Diraihnya jemariku sebelum aku keluar dari mobilnya.

“Akan kujemput jam 6 nanti. Annyeong.”

Aku mengangguk setuju.

Jam 6 lebih. Aku tengah berdiri didepan rumah, menunggu Jaehwan menepati janjinya.

“Maaf terlambat. Masuklah.”

Aku membuka pintu depan dan duduk disamping bangku kemudi. Kecewa rasanya menyadari kalau bukan hanya aku yeoja dimobil ini. Ada 3 teman sekelasku yang duduk anggun dibelakang.

“Masih ada 1 jam lagi sebelum pesta dimulai. Bersiaplah ladies, kita akan berangkat.”

Perkataanya tadi disambut oleh tawa dari yeoja-yeoja dibangku belakang. Gaun mereka sangat indah. Rancangan designer terkenal. Make up dan tata rambut yang indah juga serasi dengan busana dan acara hari ini. Bila kalian lihat aku, istilahnya “kebanting”. Gaun biru langit bermotifkan floral selutut, lebih bisa disebut gaun musim panas ketimbang gaun pesta. Tanpa make up, dan juga rambut yang dibiarkan terurai begitu saja. Jika hari ini orang-orang mengomentari bajuku. Harga diriku akan hilang karena salah kostum diacara Erin yang terkenal banyak uang.

“Kukira dandananku yang paling santai. Ternyata, Soohee juga berpakaian santai.” ucap Jaehwan membuyarkan lamunanku. Baru kusadari, kemeja dengan warna senada dengan gaunku, celana pendek selutut. Dia tak kalah santainya denganku.

2 jam berlalu untuk pesta ini. Dan tibalah saatnya bagi Jaehwan untuk mengantar para penumpangnya itu ke rumah. Kini, tinggal aku, dan Jaehwan.

“Berhenti.” pintaku pelan.

“Wae? Ini kan masih jauh. Aku akan mengantarmu sampai kedepan rumah. Tenang saja.”

“Menepi.” nada suaraku sedikit meninggi.

“Wae?” tanyanya tak mau kalah.

“Menepi!” bentakku.
Dia langsung membanting setir dan segera menepi.

“Kau ini gila? Kau tidak bisa seenaknya saja minta menepi. Bahaya tahu.” ujarnya balik membentak.

“Iya, aku memang sudah gila…”
Jaehwan mengernyitkan dahinya.

“…aku gila karenamu.”

“Apa maksudmu.” tanyanya heran.

“Apa kau menyukaiku?” tanyaku pelan.

“Memangnya kenapa?” jawabnya enteng.

“Apa kau juga mengatakan itu kepada semua yeoja? Layaknya kau tersenyum ramah, mengajari yeoja-yeoja itu, menjemput dan mengantarkan mereka, mengatakan kalau mereka cantik, dan juga menyatakan perasaanmu pada mereka? Apa yang membedakan kau menyukaiku lebih dari yeoja lain?”

“Maksudmu apa Soohee? Kau makin membuatku jengkel saja.” Dia kembali mengernyitkan dahinya.

“Maka dari itu, aku akan meluruskannya. Kau menyukaiku sebatas teman?” introgasiku.

“Tidak. Lebih dari seorang teman.” ucapnya memastikan. Mendengarnya membuatku tersenyum miring.

“Lalu apa bedanya aku dengan yeoja lain? Coba buktikan, agar aku percaya.” kataku dengan nada menantang.

Cup

“Itu, sebuah ciuman. Apa rasanya?” tanyanya diakhir ciuman kami.

“Aku… aku merasa seperti wanita murahan yang bisa tenang hanya karena ciuman. Dan juga aku merasa kalau kau juga mencium semua yeoja yang kau temui.”

“Yaampun Soohee, apa kau gila? Kau pikir aku apa?”

“Awalnya aku berpikir kalau kau adalah playboy ulung, lalu aku sempat berpikir kalau kau adalah gay. Tapi sekarang opiniku adalah kau namja brengsek murahan yang gila karena mencium semua yeoja yang kau temui.” ucapku enteng.
Alhasil, aku membuat Jaehwan naik darah.

“Soohee! Berhenti menganggap kalau aku adalah namja murahan.”

“Apa kau membentak semua yeoja?”

“Soohee!”

“Apa kau marah kepada semua yeoja?”

“Yak, Soohee! Itu first kiss ku!”

“Kau, berbohong kepada semua yeoja?”

“ARGGHH! Soohee cukup!!”

Bam

Jaehwan keluar dari mobil itu dan membanting pintunya dengan keras.

“Itu bagus Soohee. Kau sudah bersikap benar selama ini.” desahku dalam hati. Butuh waktu hampir satu tahun untuk mengumpulkan nyali dan segala keberanian untuk berkata seperti itu.

Tiba-tiba HP Jaehwan bergetar.

Eomma

Kutatap Jaehwan yang tengah berdiri dibelakang mobil sembari mengacak-acak rambutnya.

“Yeobusaeyo.”

“Yeobusaeyo. Ini benar HP anakku Jaehwan kan?” tanyanya hati-hati.

“Ne, Jaehwan sedang bisa menerima telepon saat ini.” balasku ramah.

“Apa kau.. Soohee.”

“Ne.”

“Oh, kalian ehem.. sibuk ya. Dasar anak muda.”

“Apa ada yang ingin disampaikan?”

“Tidak, aku akan kirim dia SMS. Annyeong Soohee, maaf menggangu.”

“Gwaenchanha. Annyeong”

Krek

“Sudah selesai mengata-ngataiku? Aku akan mengantarmu pulang sekarang. Tapi jangan ada umpatan. Dan juga, kenapa kau memegang HPku?”

Aku tertangkap basah. Apa dia akan marah?

Drtt drtt

HPnya kembali bergetar. Kini ada dalam genggamannya. Entah apa itu, yang jelas, Jaehwan tersenyum culas.

“Mian, aku ada perlu sebentar. Temani aku ya.”

Aku tak banyak bicara. Kutatap jendela dan mengamati lampu-lampu ditengah kota yang sibuk ini.

“Jadi kau menolakku? Apa alasannya.” tanyanya memecah keheningan.

“Memangnya kapan kau menyatakan persasaanmu padaku?” ketusku.

“Apa mengaku kalau aku menyukaimu itu belum cukup?” ucapnya tak mau kalah.

“Baiklah. Yang pertama, kau baik terhadap semua yeoja, itu membuatku tidak bisa membedakan kalau kau itu menyukaiku atau memang bersikap seperti itu kepada semua yeoja. Yang kedua, kau tidak romantis.”
Perkataanku tadi membuatnya terkekeh. Dia bukan namja yang pendendam ternyata.

“Perkataanmu tadi membuatku bangga. Ternyata aku menyukai yeoja dengan harga diri dan dedikasi yang tinggi.”

“Apa itu pijian?” tanyaku mengejek.

Tawanya semakin keras.

“Sudah sampai. Ayo turun.”

Sebuah rumah yang cukup besar. Tamannya diterangi oleh banyak lampu taman disetiap sudutnya.

“Selamat datang dirumahku. Eommaku ingin bertemu.” Dia mendorong tubuhku untuk masuk kedalam rumahnya.
Pintu depan yang cukup berat berderit. Sesosok yeoja yang sudah berumur duduk bersantai di sofa ruang keluarga.

“Eomma, aku pulang. Ini Soohee.” Jaehwan memperkenalkanku pada Lee ajhumma, eomma Jaehwan.

“Annyeonghasaeyo.” sapaku sembari membungkuk.

Jaehwan meninggalkan kami di sofa ruang keluarga. Aku dan Lee ajhumma duduk berhadapan menghadapi suasana canggung.

“Jadi Jaehwan sudah melakukan apa saja untukmu?” tanya Lee ajhumma membuka percakapan.

“Dia baik. Dia mengajariku, perhatian, ramah, supel.”

“Apa dia mengatakan kalau dia menyukaimu?” ucapnya memotong. Aku hanya tertegun menanggapi pertanyaan itu.

“Dia bercerita banyak tentangmu terhadapku. Tapi katanya kau cuek.” lanjutnya.
Aku hanya mengangguk pelan.

“Aku yakin kau menolaknya. Apa karena dia membuatmu bingung?”

Semua perkataan itu benar, apa aku harus bicara saja?

“Ne. Jaehwan baik terhadap semua yeoja. Dia membuatku bingung dan aku takut salah paham karenanya.”

“Mianhae, mungkin aku mendidiknya untuk menjadi seorang namja yang terlalu ramah dan baik.”

“Memangnya kenapa?”

“Dia memang seperti itu kepada semua orang. Baik yeoja maupun namja. Sedikit membingungkan sih, tapi itulah dia. Tidak ingin melukai perasaan seseorang.”

Kutatap Jaehwan yang tengah sibuk mengupas apel. Jaehwan..

“Ada beberapa hal yang dapat membedakan kalau dia benar-benar menyukai seseorang atau tidak.”
Kini aku menatap Lee ajhumma antusias. Kapan lagi aku mendapatkan informasi seseorang langsung dari eommanya?

“Yang pertama, dia pasti pernah membentak orang yang dia sukai. Tidak masuk akal, dan menyebalkan sih, tapi itulah dia. Yang kedua, dia tidak akan memasang senyuman-senyuman aneh untuk orang yang dia sukai. Senyuman yang dia berikan pasti adalah senyuman yang sama seperti biasa. Artinya dia tidak suka basa-basi, dan juga tidak genit. Yang ketiga, dia bukan tipikal namja yang gampangan. Dia kalu suka orang, benar-benar langsung mengatakannya, tanpa neko-neko. Dia juga bukan orang yang gapang jatuh cinta. Sampai sekarang, mantannya saja hanya satu. Itu juga sudah putus 5 tahun lalu.”

Aku menunduk. Semuanya kualami. Jaehwan.. kau membuatku bingung.

“Oh, satu lagi. Dia belum pernah mencium siapapun, kecuali aku dan appanya. Tapi itu data terkhir yang kudapat kemarin. Tidak tahu kalu hari ini dia mencium seseorang atau tidak.” Lee ajhumma mendelik ke arakku. Pipiku merona malu. Sesuatu yang tak dapat kutahan. Lee ajhumma hanya terkekeh.

“Jaga Jaehwan untukku ya.” Lee ajhumma menggenggam tanganku. Sebuah perkataan tulus dari seorang orang tua untukku. Apa maksudnya ini?

“Makan dulu.” Jaehwan datang membawa nampan berisi sepiring buah dan juga 3 cangkir teh hangat.
Setelah selesai makan, akhirnya Jaehwan mengantarku pulang.

“Bagaima? Apa semua perkataan eommaku tadi membuatmu berubah pikiran?” tanya Jaehwan yang tengah mengemudi.

“Eh?” jadi selama tadi dia menguping, atau eommanya disuruh?

“Tidak, semuanya tidak bohong. Bagaiman aku menurutmu sekarang? Masih murahan?”
Aku menunduk malu.

“Jangan menyesal. Tapi ada yang ingin kutanyakan padamu.”

“Apa itu?”

“Apa alas an ketiga kau menolakku? Yan pertama kan aku bersikap baik kepada semua yeoja, sampai-sampai kau jengkel. Yang kedua aku tidak romantis. Yang ketiga..”
Perkataan menggantungnya serasa ingin dijawab.

“Aku cemburu.” ucapku lirih.

“Yang artinya…” dia kembali menggantungkan perkataannya.

“Aku menyukaimu.” ucapku semakin pelan.

“Apa Soohee? Aku tidak mendengarmu?” dia berusaha memancingku.

“Aku menyukaimu.” ucapku sedikit lebih keras.

“Lebih keras!” perintahnya sedikit berteriak.

“Aku menyukaimu.” ucapku keras. Jaehwan tersenyum puas oleh perkataan itu.
Ditepikannya mobil ini.

“Sudah kuduga. Kalau begitu kita resmi berpacaran kan?”
Aku tersenyum malu-malu.

Drtt drtt

HPku mendapat panggilan masuk.

Eomma

Direbutnya HPku itu oleh Jaehwan.

“Yeobusaeyo.” Eommaku memulai pembicaraan.

“Yeobusaeyo.” balas Jaehwan sopan.

“Ini HP Soohee kan?”
tanyanya eomma heran.

“Soohee tidak bisa menerima telepon saat ini. Dia ada dikamar mandi.” Aku terkekeh mendengar perkataan bohongnya itu.

“Kalau begitu, apa ini Jaehwan?”

“Ne. Apa ada pesan untuk Soohee yang bisa aku sampaikan?”

“Tidak perlu. Aku akan mengirim SMS nanti. Gomawo.”

Ditutupnya telepon itu. Jaehwan menatapku dengan tatapan bahagia.

“Kayanya aku akan bertamu dirumahmu.” ucap Jaehwan percaya diri.
Aku hanya mengernyitka dahiku.

“Setelah kau dengar pengakuan eommaku, sekarang aku akan dengar pengakuan eommamu, Soohee-ya.”

—END—

Leave a Reply Here