Innocent Couple #SpecialProjectforXiumin

Author : Park Eunhye

Cast     :

  • Kim Min Seok  a.k.a Xiumin (EXO)
  • Park Eun Hye

Genre   :Romance, comedy

Rating   : PG-15

Length  : Oneshoot

Annyeong readers^^

Berjumpa lagi dengan author 1. Hehehe Sebelumnya, author mau ngucapin makasih buat kalian yang meluangkan waktu buat mampir ke blog author dkk.  Terutama buat yang baca FF karya author ’-‘)b

Oke, FF author kali ini tentang Xiumin EXO. Author harap, banyak dari kalian yang suka FF author ini karena ini FF pertama author yang cast nya Xiumin. Hehe.

Sekian cuap-cuap dari author.

No plagiat okeii?

Jangan lupa commentnya yaa…

Happy Reading^^

————————————————————————————————————————————–

‘Apa itu cinta? Aku tak mengerti apapun tentang cinta.’

-Park Eun Hye-

 

‘Kan ku bawa kau kepada arti cinta yang sesungguhnya.’

-Kim Min Seok-

 

*Author POV*

Pagi hari di kota Seoul, terlihat seorang yeoja tengah tergesa-gesa menapaki jalanan yang sedikit basah akibat hujan yang turun kemarin malam. Dinginnya udara membuat tubuh mungil yeoja tersebut terlihat sedikit gemetar.

Park Eun Hye, nama yeoja itu. Yeoja berambut hitam sebahu itu kini sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya. Meskipun tak terlalu pintar, setidaknya yeoja itu bisa di terima di salah satu SMA favorit di kota Seoul dengan prestasi yang  cukup memuaskan.

Setelah berjalan selama sekitar 30 menit, akhirnya sampailah ia di sekolahnya. Dengan segera Eunhye menuju kelasnya di kelas 1-2. Belum lama sejak Eunhye menginjakan kakinya pada lantai kelasnya, tiba-tiba saja sebuah tangan menariknya keluar dari kelas.

“Yak! Oppa! Lepaskan!” seru Eunhye yang seketika membuat suasana yang semula ramai menjadi hening.

“Shireo.” Jawab namja yang tengah menarik pergelangan Eunhye tersebut.

*Author POV end*

*Eunhye POV*

“Yak! Oppa! Lepaskan!” seruku lantang.

“Shireo.” Jawabnya.

“Kau ini kenapa selalu menarikku? Jika kau memang ingin memanggilku, kau tinggal menyebut namaku. Tak perlu menarik-narikku seperti ini. Aku ini bukan kerbau.”

“Tidak bisa. Aku harus menarikmu.”

“Kau bisa menyuruhku pergi kesana.”

“Ani. Kau tidak boleh protes. Ikut saja.”

“Ish.”

Kim Min Seok, nama namja yang tengah menarik lenganku saat ini. Ia adalah sunbaeku. Kelasnya berada tepat di atas kelasku yaitu kelas 3-2. Mungkin banyak di antara kalian yang berpikir bahwa kami memiliki hubungan spesial bukan? Tidak. Kami hanya sebatas kakak dan adik saja. Benar, Kakak dan adik.

Dia adalah namja baik dan manis. Meski terkadang dia sedikit dingin karena sikapnya yang tak banyak bicara, tapi sesungguhnya ia adalah pribadi yang menyenangkan jika kau sudah mengenalnya dengan baik. Dia lembut, penuh perhatian, bahkan aku telah menganggapnya seperti oppaku sendiri.

Minseok oppa adalah siswa yang pandai dan menjadi kebanggaan sekolah karena sering mengikuti berbagai olimpiade. Dia benar-benar pandai. Maka dari itu, sebelum bel masuk berbunyi ia pasti akan memberikan penghakiman dulu padaku di perpustakaan seperti yang akan kujalani sesaat lagi. Menyebalkan memang, tapi jika aku menolaknya dia pasti akan mengomel panjang lebar dan akan mengeluarkan kata-kata andalannya.

“Jika nilaimu sampai jelek, itu akan berdampak padaku karena semua orang mengira kau adalah adikku, sepupuku, atau bahkan pacarku. Jadi buatlah aku bangga dengan prestasimu. Jika aku bangga, orang tuamu pasti akan lebih bangga.”

 

Seperti itulah kira-kira kalimat andalannya ketika menghakimiku. Sebenarnya aku tak peduli dengan kata-katanya, tapi begitu ia membawa-bawa orang tuaku maka akan kulakukan semua itu demi orang tuaku. Benar, demi orang tuaku.

“Baiklah Kim Seonsaengnim, kita sudah berada di perpustakaan sekarang. Jadi, dari mana penghakiman darimu akan dimulai? Apa dari matematika? Atau Fisika? Silahkan saja.” Ucapku ketika menyadari bahwa Minseok oppa masih menggenggam lenganku.

“Penghakiman?”

“Hm. Atau mungkin aku akan menyebutnya siraman rohani pagi jika perlu.”

“Aku ini hanya peduli padamu. Tapi sikapmu begitu padaku.”

“Baiklah baiklah… Sekarang, kita mulai dari mana?”

“Penghakiman ya? Hmm.. baiklah, seperti biasa aku akan memberimu pertanyaan berupa soal-soal. Tapi, kali ini aku tidak akan menulisnya. Kau cukup mendengarkannya saja baik-baik.”

“Yak! Mana bisa begitu. Aku pasti akan lupa soal-soalnya.”

“Aku yakin kau tidak akan pernah melupakan soal ini sampai kapanpun.”

“M-mwo? Bagaimana bisa begitu?”

“Tentu saja bisa.”

“Apa karena saking rumitnya sehingga bisa menyebabkan aku tidak bisa tidur selama 7 hari?”

“Hmm… Sebenarnya, soal ini begitu rumit. Sungguh rumit. Lebih rumit dari matematika. Bahkan tidak ada rumus tertentu untuk menjawabnya.”

“Haah~ lalu, bagaimana aku bisa menjawabnya? Aku yakin kau pasti menjebakku dengan pertanyaan sulit agar aku tidak dapat menjawabnya dan kemudian kau akan menyuruhku untuk mentraktirmu saat istirahat nanti. Bagus, kau licik oppa.”

“Gunakan perasaanmu untuk menjawabnya. Kau bisa menjawabnya, atau pergi  jika kau mau.”

“ Eh? Baiklah, apa pertanyaannya?”

“Maukah kau menjadi kekasihku, Park Eun Hye?”

“Mwo?”

“Bagaimana? Apa jawabanmu?”

“Tapi, aku tidak mengerti apapun tentang cinta.”

“Tak apa. Asal kau tetap disisiku, semuanya tidak masalah bagiku.”

Hari ini, hari dimana usia hubunganku dengan Minseok oppa mencapai 2 bulan. Ya, 2 bulan. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Sepulang sekolah nanti, Minseok oppa mengajakku untuk makan dan jalan-jalan. Dia bilang, ada yang ingin ia sampaikan. Ini pasti akan menyenangkan.

Sungguh aneh, meskipun setiap hari bertemu dan bersenda gurau bersama tapi setelah kejadian 2 bulan yang lalu rasanya begitu berbeda. Mungkin ada yang salah dengan tubuhku ini. Bahkan pipiku pun selalu memerah ketika bersamanya. Eomma, sepertinya aku terkena penyakit.

“Eunhye-a, selamat atas hari jadi hubunganmu dengan Minseok sunbae ya.” Ucap Jinri, teman sekelasku.

“Ah, gomawo Jinri.” Balasku.

Benar, aku sampai lupa kalau Minseok oppa memang terkenal. Bahkan hari itu, saat aku resmi menjadi kekasihnya pun dalam sehari seluruh sekolah saja sudah tahu akan hal itu. Haaaah.. benar-benar bodoh. Begitu saja aku lupa.

“Hei Eunhye, selamat atas hari jadimu dengan Minseok sunbae ya.” Ucap Haera yang merupakan sahabatku.

“Gomawoyo.” Balasku.

“Hm.. bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Minseok oppa?”

“Bagaimana apanya?”

“Sampai sejauh mana kalian?”

“Apa maksudmu?”

“Haah.. begini saja, apa Minseok sunbae sudah pernah memberimu kecupan?”

“Hah? Hmm.. tidak.”

“MWO?! TIDAK PERNAH?”

“Haish! Jaga suaramu, Haera! Memangnya untuk apa? Apa harus seperti itu? Aku ini tidak tahu apa-apa tentang cinta, tapi aku nekat. Huft.”

“Kau ini, tentu saja harus. Sebagai kekasih, seharusnya Minseok sunbae memberimu kecupan. Setidaknya sekali. Itu baru disebut sebagai kekasih yang baik.”

“Geuraeseo?”

“Hm. Lagipula, kecupan itu hanya bagian awal. Selanjutnya akan ada banyak hal yang menyenangkan. Seperti..”

“Yak, darimana kau tahu?”

“Kau lupa? Aku kan sudah memiliki Jaekyung. Sudah ya, aku ingin menemuinya. Semangat Eunhye!”

Haish.

Apa yang dikatakan Haera itu benar? Berarti selama ini Minseok oppa bukanlah kekasih yang baik. Tapi aku pun tidak siap jika harus begitu. Aku ini memang kelewat polos. Eottokke? Apa aku harus bertanya padanya apa alasan dia tidak menjadi kekasih yang baik? Ah,, tidak.. aku tidak bisa mengatakannya.

*Eunhye POV end*

*Minseok POV*

“Apa yang dikatakan Haera itu benar? Berarti selama ini Minseok oppa bukanlah kekasih yang baik. Tapi aku pun tidak siap jika harus begitu. Aku ini memang kelewat polos. Eottokke? Apa aku harus bertanya padanya apa alasan dia tidak menjadi kekasih yang baik? Ah,, tidak.. aku tidak bisa mengatakannya.”

Dasar, tidak pernah berubah. Selalu saja begitu, merutuki diri sendiri tetapi suaranya terdengar sangat jelas. Eunhye pabbo.

Kau benar Eunhye-a, aku memang bukanlah kekasih yang baik. Sebenarnya, aku ingin menjadi kekasih yang baik untukmu hanya saja aku sendiri pun masih tidak begitu mengerti bagaimana itu cinta. Tapi satu hal yang kutahu, ketika sepasang kekasih saling menjaga satu sama lain, mencintai dengan tulus hingga akhir hidupnya disitulah letak cinta yang sesungguhnya.

Mengingat kau begitu lugu, kini aku harus memutar otak berkali-kali untuk terus menjaga dirimu yang begitu polos. Aku sama sekali tidak ingin menyakiti perasaanmu, melukai hatimu, bahkan membuatmu menangis. Aku begitu tulus menyayangimu. Untuk itu, aku akan membawamu pada arti cinta yang sesungguhnya.

“Annyeong, nae yeojachingu.” Sapaku pada Eunhye yang tengah sibuk merutuki dirinya.

“A-annyeong Minseok oppa. Se-sejak kapan kau berada di sini? Apa kau mendengar semua percakapanku dengan Haera?”

*Minseok POV end*

*Eunhye POV*

“Annyeong, nae yeojachingu.” Sapa Minseok oppa tiba-tiba.

“A-annyeong Minseok oppa. Se-sejak kapan kau berada di sini? Apa kau mendengar semua percakapanku dengan Haera?”

“Hm.. aku belum lama disini. Kau tenang saja.”

“Syukurlah. Apa yang oppa lakukan disini?”

“Menemuimu.”

“Hanya itu? Jika hanya itu, aku pun juga tahu.”

“Hahaha.. tentu saja tidak, aku hanya merindukanmu.”

“Gotjimal. Aku tahu kau pasti akan memberiku penghakiman lagi seperti biasa bukan?”

“Kau benar. Gadis pandai.” Minseok oppa kini memporak-porandakan poniku.

“Yak oppa! Kau merusak poniku. “ ucapku kesal kemudian mempoutkan bibirku.

“Baiklah, baiklah. Karena hari ini hari spesial bagi kita, kau bebas dari penghakiman ku. Tapi kau harus belajar yang baik. Arra?”

“Hm. Arraseo oppa.”

“Baiklah, aku akan kembali ke kelasku. Annyeong.”

“Annyeong oppa.”

“Oh ya, satu lagi. Kau harus menjelaskan padaku apa maksud dari perkataanmu yang menyebutku sebagai kekasih yang tidak baik saat acara kita nanti. Sudah ya. Annyeong.”

Aku membeku seketika.

Jadi, Minseok oppa mendengarnya? Mendengar semua percakapanku dengan Haera? Sudah kuduga. Haish! Semua ini gara-gara Haera. Jika bukan karenanya, aku tidak akan berpikir kalau Minseok oppa adalah kekasih yang tidak baik. Tentu saja Minseok oppa adalah kekasih yang baik. Bahkan sangat baik bagiku. Bagaimana tidak, dia tahu aku ini begitu polos dan tidak tahu apa-apa mengenai cinta dan dia tidak memanfaatkan kepolosanku sama sekali.

*Eunhye POV end*

*Author POV*

-Kriiiiiinng-

 

Bel pertanda sekolah telah usai pun berbunyi. Seluruh siswa berlomba-lomba menuju gerbang utama sekolah yang telah terbuka. Rasanya seperti menuju surga bagi mereka. Begitupun juga dengan Eunhye. Dengan sangat antusias, yeoja itu pun berlari-lari kecil menghampiri namjanya yang tengah menunggu di dekat gerbang sekolah.

“Kau ini lama sekali.”

“Mianhae oppa. Aku harus menyelesaikan laporan pengamatan kemudian mengumpulkannya pada Song Seonsaengnim. Kau tahu kan jika laporan yang ia minta tidak sampai padanya, ia pasti akan mengamuk.”

“Tentu aku tahu. Untuk itulah gunanya aku memberimu penghakiman, agar kau bisa menyelesaikan tugas yang kau lewati, tugas yang tidak kau mengerti, atau bahkan tugas yang malas kau kerjakan. Jadi sekarang kau mengerti kan, betapa pentingnya penghakiman dariku?”

“Ne. Kau benar, selama ini aku membenci penghakiman darimu. Padahal maksdmu memberiku penghakiman itu baik. Aku tidak menghargainya, maafkan aku.”

“Gwenchana. “ Minseok oppa kini mengusap kepalaku. Entahlah, sepertinya dia senang sekali melakukan itu. “Kajja. Kita rayakan hari jadi kita.” Lanjutnya.

“Hm. Kajja!”

*Author POV end*

*Eunhye POV*

Kini kami dalam perjalanan. Minseok oppa tidak memacu mobilnya dengan cepat,

“Aku ingin lebih lama bersamamu.”

Begitulah katanya. Dasar, bisa saja.

45 menit kemudian, sampailah kami pada sebuah padang rumput yang luas. Begitu indah. Seumur hidup, sepertinya aku tidak pernah melihat tempat seperti ini. Apakah ini hanya khayalanku? Atau ini adalah  mimpi? Jika benar ini mimpi, ini adalah mimpi terindah yang pernah ada.

“Eunhye-a?” Panggil Minseok oppa. Segera ku tolehkan kepalaku pada sumber suara yang memanggilku, Minseok oppa. “Museun iriya? Sejak kita sampai, kau selalu memandangi pemandangannya. Apa kau tidak suka? Kalau begitu, tak apa. Kita bisa cari tempat yang lain.” Lanjut Minseok oppa.

“Ani. Aku suka tempat ini. Ini adalah tempat yang sangat ingin aku kunjungi.”

“Jinjja? Tapi ekspresimu tidak menunjukan bahwa kau menyukai tempat ini.”

“Kau salah, oppa. Aku menyukainya. Hanya….. aku tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa. Apakah harus tersenyum atau tertawa atau berteriak atau bahkan aku harus bertingkah seperti anak kecil ketika menghampiri pedagang balon.”

“Hahaha.. kau ini, lucu sekali. Jadilah seperti dirimu sendiri.” Minseok oppa tersenyum. Senyumannya tampak tulus, begitu tulus hingga membuat dadaku terasa sesak. Sesak akan pesonanya yang telah melingkupi hati ini.

Tiba-tiba, aku jadi teringat akan perkataan Haera. Apakah seorang Minseok adalah kekasih yang buruk? Tentu tidak mungkin. Dia baik. Dia menyayangiku. Dia… dia mengerti kondisi seorang Eunhye yang bodoh dan tidak tahu apapun tentang apa yang orang kebanyakan tahu. Cinta.

“Eunhye?”

“N-Ne?”

Apa Minseok oppa mendengarnya?

“Kajja turun. Lihatlah apa yang sudah kubawa.”

Aku pun segera turun dari mobil, memutar ke arah bagasi tempat dimana benda yang Minseok oppa bawa berada. Habislah aku kali ini, sepertinya Minseok oppa sudah membawa binatang-binatang buas untuk menghukumku. Tidak, disini tidak ada binatang. Mungkin….

“Aigoo!!” Seruku sekuat tenaga. Bukan binatang buas yang kini ada dihadapanku. Atau bahkan makhluk-makhluk aneh yang ada dipikiranku tadi, melainkan sepasang sepeda yang tengah berdiri tepat dihadapanku saat ini.

“Ta-da!!! Ini kan, yang selalu kau inginkan? Bersepeda sore di padang rumput yang indah bersamaku.”

“Omo! Oppa, itu adalah keinginanku saat aku masih SMP dan kau masih mengingatnya.”

“Tentu, apapun akan kulakukan untukmu.”

Saat ini, di padang rumput yang luas ini hanya terdengar suara tawa kami berdua. Kim Min Seok dan Park Eun Hye. Kami melakukan hal konyol seperti layaknya anak kecil, berlomba mencapai pohon besar yang berada di ujung sana. Konyol, tapi bagiku ini berkesan.

Pohon ini memang tempat yang tepat untuk melepas lelah. Benar-benar rindang.

“Kau lelah?” tanya Minseok oppa.

“Kau curang! Kau memulai start terlebih dulu!”

“Tidak, kau saja yang terlalu lamban. Hahaha.”

“Kau menyebalkan!! Aku membencimu!”

“Jinjjayo? Kau membenciku? Baiklah, Bencilah aku sepuas hatimu. Tapi aku akan tetap mencintaimu meskipun kau membenciku.”

“Eoh…”

“Masih ingin membenciku?”

Aku hanya menggeleng. Benar-benar aneh. Sepertinya disekitar sini terjadi peningkatan suhu, terasa panas. Terutama pipiku ini.

“Kau ini lucu sekali. Hahaha… Hei, Park Eun Hye. Ada yang ingin kau tanyakan padaku? Utarakan saja apa yang ada dibenakmu.”

“Aku..”

“Tidak apa. Katakan saja.”

“Ke-kenapa kau tidak men..

“ Soal itu? Hah~ Aku memang ingin mendengar itu. Lanjutkan.”

“Aku.. tidak bisa mengatakannya tapi aku yakin oppa tahu maksudku.”

“Baiklah… aku akan langsung memberimu penjelasan. Sebenarnya, aku sendiri tidak begitu tahu soal cinta.”

“Jinjja?”

“Ne. Maka dari itu, kita adalah pasangan yang begitu lugu soal cinta bukan? Ini sungguh lucu. Aku ini memang pandai, aku tahu banyak hal tapi tidak dalam persoalan ini. Bagiku ini adalah persoalan yang rumit.”

Hening. Kami terdiam beberapa saat. Kini yang terdengar hanya hembusan angin yang terus menerpa kami. Hembusan angin yang lembut, matahari yang akan tenggelam, langit senja yang cerah, benar-benar merupakan pemandangan yang sungguh tak akan pernah bisa kulupakan. Minseok oppa… dia hanya terdiam, memandang lurus kedepan sambil tersenyum. Senyuman yang begitu damai.

“Minseok oppa….”

“Tenanglah Eunhye. Meskipun aku tidak pandai dalam hal seperti ini, tapi aku akan membawamu pada arti cinta yang sesungguhnya. Cinta yang tulus jauh dari dalam hatiku. Cinta murni yang berasal dari dua insan yang begitu lugu.”

Aku sungguh terharu. Rasanya aku ingin menangis mendengar perkataannya. Begitu menyentuh dan tulus dari dalam hati. Saranghae Minseok oppa..

“Na do saranghae, Eunhye..”

Chu~

Min-Minseok oppa mengecup ku?! Hah? Ke-kenapa bisa seperti ini? Dia bilang dia itu lugu.. ta-tapi?

“Hei, Park Eunhye. Suaramu itu bisa kudengar.Kebiasaan. Hahaha.. Kenapa? Kau tidak suka? Baiklah…”

“He-hei! Jangan memutuskan seenaknya saja. Siapa bilang tidak suka? Aku suka. Hanya saja kenapa kau bisa tiba-tiba berbuat begitu? Padahal kau baru saja mengakui bahwa kau itu lugu.”

“Begitukah? Yang ku tahu lugu itu tidak berarti tidak tahu apa-apa bukan? Sepertinya kau salah mengartikan kata ‘lugu’ itu sendiri. Hahaha..”

“Yak! Kau menyebalkan!”

“Yak! Eunhye-a! Berhentilah memukuliku!”

“Shireo!”

Walaupun aku tak terlalu pandai dan kau begitu pandai, tetapi kita memiiki keunikan. Keunikan yang mungkin tidak dimiliki oleh pasangan-pasangan lain diluar sana. Keunikan murni, yang benar adanya. Tak peduli apa kata pasangan lain, tak peduli apa kata orang-orang sekitar, kami adalah kami. Innocent couple.

—END—

Annyeong readers,

Gimana FF karya author? Mian kalo masih berantakan dan gaje(?)

Makasih mau sempetin baca karya author ya….

Jangan lupa commentnya ya, ditunggu.

Author pamit dulu *bow*

Leave a Reply Here